Minggu, 31 Oktober 2010

Sang Pejuang Ikhlas untuk Indonesia (just for INA)

Selama ini mungkin kita ering berfikir bahwa Ikhlas itu adalah sangat sulit tapi tanpa kita sadari kita sudah ikhlas dan itu sering kali kita anggap biasa saja. Dan sesungguhnya kita sudah terlahir dengan penuh keikhlasan. hanya saja dengan berjalanya waktu keikhlasan itu sedikit demi sedikit tercemari oleh virus yang tidak lain datangnya dari diri kita sendiri.
Kata guruku ikhlas itu seperti orang yang selesai buang air besar atau kecil, kita tidak peduli seberapa mahal makanan dan minuman yang kita konsumsi dan saat itu pula kita merasa lega setelah buang air. Memang analoginya sedikit parno tapi kita semua tidak bisa pungkiri bahwa sesungguhnya ikhlas itu sudah berada di dalam diri ini.
Ada lagi seperti kita ingin memberi amal pada masjid atau orang-orang pengemis di pinggir jalan. kita mengeluarkan uang dari saku kita untuk ber amal. yang jadi pertanyaan apakah kita melihat dulu uang yang kita akan berikan. Ya atau Tidak jika Ya alhamdulilah berarti kita rela berapapun nominal uang yang kita berikan untuk beramal ditambah dengan keyakinan bahwa Allah tak akan mengurangi rezeki hambanya, apalagi yang digunakan untuk sedekah. Insyaallah jika kita  menerapkan dari hal kecil seperti yang saya sebutkan Indonesia ini pasti pati akan menjadi lebih kaya, karena bangsanya senang bersedekah engan ikhlas. Amin......
Ikhlas juga seperti kita menyayangi pasangan kita. kita rela melakukna apapun untuk membuat pasangan kita bahagia. Meskipun sebenarnya merasa enak melakukan hal itu pada biasanya, tapi perasaan itu berubah menjadi enak dan dengan senang hati kita melakukan hal itu demi pasangan. Kalau saja rasa sayang kita kepada pasangan kita saja seperti itu bahkan seperti tai kucing rasa coklat. Seharusnya rasa sayang kita kepada yang memberi nikmat lebih besar dari itu.
Sebenarnya

Melihat keadaan negara kita ahir ini membuat saya mengelus dada dan spontan dalam hatiku "apa yang membuat Indonesiaku tercinta ini nenerima bencana yang tiada henti" Bersabarlah Indonesiaku, kami tidak akan tinggal diam melihat saudara-saudara kita seperti ini. Coba kita renungi apa yang telah kita semua laukan selama ini, apa yang sudah  kita berikan untuk Indonesia.
Saya rasa saat ini bukanlah saatnya menyalahkan atau memperdebatkan  apa yang telah kita dapat dari negara kita melainkan apakah saya sudah memberikan sesuatu untuk negara tercinta ini. kerna jika kita mencintai pasti kita condong untuk memberi bukan meminta, seperti kita ikhlas melakukan atau memberi kepada pasangan kita.
Dahulukan Kewajiban baru minta Hak
Karna saya seorang muslim saya berbicara esuai dengan kepercayaan saya dan saya rasa semua akan setuju.
Sebenarnya setiap hari kita menyebutkan itu ketika kita menghadap ke Allah. "IYA KANAK BUDUWAIYA KANAS TA'IN" kita sering membaca setiap hari bahkan kalimat itu sudah hafal di luar kepala kita. yang artinya kepadamulah aku menyembah dan kepadamulah aku meminta. Tapi arti sesungguhnya bujan di itu tapi pada uunan kalimatnya. Mengapa kanakbudu  lebih dahulu dari pada kanastain. Kanakbudu artinya  kita menyembah atau melaksanakan kewajiban, sedangkan Kanasta'in artinya kita meminta atau meminta hak. Sudah jelas bahwa Allah memberikan petuntuk bahwa kita harus mendahulukan kewajiban atau memberi daripada hak atau meminta.
Bayangkan betapa indahnya hidup ini jika semua orang saling memberi dengan ikhlas pasti negara kita tercinta ini menjadi negara yang rukun, tentram, makmur, kuat, dan tidak menutup kemungkinan menjadi negara maju. Maju karena anak bangsanya saling berlomba memberikan pemikiran, tenaga dan apapun yang dimiliki untuk negara ini. Dengan demikian walaupun ada bencana  seperti ini pasti beban yang kita rasa menjadi sangat ringan.
Bangkitlah Indonesiaku
Kami ada disini hanya untuk Indonesia (just for INA)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ask yur mind